SHORAD & Anti-Drone TNI 2025–2035: Modernisasi Pertahanan Udara Indonesia

SHORAD & Anti-Drone TNI 2025–2035

Ancaman drone dalam dunia militer terus berkembang dengan sangat cepat. Dalam lima tahun terakhir, peperangan modern menunjukkan bahwa pesawat nirawak—baik drone komersial yang dimodifikasi maupun drone militer berkemampuan tinggi—mampu melakukan serangan presisi, pengintaian, peperangan elektronik, hingga operasi swarm yang kompleks. Fenomena ini memaksa setiap negara, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kemampuan SHORAD (Short Range Air Defence) dan sistem anti-drone sebagai lapisan pertahanan udara jarak pendek yang paling kritis.

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau, pangkalan strategis, dan aset vital nasional, membutuhkan sistem pertahanan udara jarak pendek yang modern, reaktif, dan adaptif terhadap ancaman drone masa kini. Artikel panjang ini membahas secara mendalam perkembangan kemampuan SHORAD dan anti-drone TNI, tantangan yang dihadapi, teknologi yang sedang dikembangkan, serta prediksi sistem pertahanan udara Indonesia dalam 5–10 tahun mendatang.


Mengapa SHORAD Penting untuk Indonesia?

Pertahanan udara Indonesia disusun dalam beberapa lapisan: long-range, medium-range, dan short-range. Dari semua lapisan tersebut, SHORAD adalah yang paling sering berinteraksi dengan ancaman nyata, terutama drone kecil hingga menengah yang terbang rendah.

Alasan SHORAD menjadi krusial bagi Indonesia:

  1. Drone terbang rendah sulit terdeteksi radar jarak jauh.
    Drone kecil sering memiliki RCS rendah dan bermanuver dekat permukaan tanah atau bangunan.

  2. Indonesia memiliki banyak objek vital yang tersebar.
    Kilang minyak, pangkalan TNI, PLTN, pelabuhan strategis, dan infrastruktur digital semuanya memerlukan proteksi jarak dekat.

  3. Ancaman asimetris meningkat.
    Kelompok non-negara dapat menggunakan drone komersial untuk melakukan sabotase atau pengintaian.

  4. Konflik modern membuktikan efektivitas drone.
    Perang di Ukraina, Nagorno-Karabakh, Gaza, dan Timur Tengah menunjukkan bahwa drone dapat menjadi “pembunuh senyap” bagi tank, pangkalan, dan pasukan darat.

Dengan situasi tersebut, TNI perlu memperkuat SHORAD sebagai lapisan pertahanan terakhir sekaligus paling fleksibel dalam menghadapi ancaman udara masa kini.


Kondisi Terkini: Bagaimana Kapabilitas SHORAD dan Anti-Drone TNI Saat Ini?

Saat ini, TNI—khususnya Arhanud (Artileri Pertahanan Udara)—memiliki beberapa alutsista yang berfungsi sebagai SHORAD dan counter-UAS. Berikut adalah pemetaan kemampuannya secara objektif:

1 Rudal VSHORAD: Starstreak & Mistral

Rudal jarak sangat pendek masih menjadi tulang punggung SHORAD TNI.

Starstreak (Thales)

  • Kecepatan sangat tinggi (Mach 3+)

  • Sangat efektif terhadap helikopter, drone, dan pesawat rendah

  • Akurasi tinggi berkat sistem beam riding

Mistral

  • Rudal infra merah jarak pendek

  • Dapat dipasang pada tripod, kendaraan, maupun platform SHORAD modern

Keduanya telah diuji dalam latihan TNI dan terbukti mampu menghancurkan target drone yang bermanuver rendah.

2 Meriam dan Kanon SHORAD

TNI masih mengandalkan berbagai meriam kaliber 20–40 mm untuk pertahanan udara jarak dekat. Senjata seperti ini efektif untuk:

  • Drone kecil

  • Drone kamikaze

  • Pesawat rendah

  • Target bergerak cepat

Keunggulannya adalah biaya per tembakan lebih murah dibanding rudal.

3 Sistem Anti-Drone Khusus

Beberapa tahun terakhir, TNI mulai memamerkan perangkat anti-drone khusus buatan dalam negeri, termasuk:

  • Jammer anti-drone portabel

  • Sistem deteksi RF

  • Sistem integrasi sensor

  • Perangkat intersepsi drone

Dalam pameran Indo Defence, berbagai prototipe menunjukkan bahwa industri pertahanan lokal mulai memasuki era counter-UAS modern.

4 “Tank Anti-Drone” P8 Light

Salah satu inovasi yang paling menarik perhatian publik adalah P8 Light Anti-Drone, kendaraan ringan dengan RCWS kaliber 30–40 mm.

Keunggulan P8 Light:

  • Sangat mobile

  • Dilengkapi senjata otomatis

  • Dapat digunakan untuk proteksi konvoi

  • Cocok untuk menghadapi drone kecil–menengah

Ini adalah bukti bahwa industri pertahanan Indonesia mampu menciptakan platform anti-drone yang relevan dengan kebutuhan TNI.


Tantangan Strategis dan Teknis yang Masih Dihadapi TNI

SHORAD & Anti-Drone TNI 2025–2035
Meskipun kemampuan SHORAD TNI terus meningkat, ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan pertahanan udara jarak pendek benar-benar efektif.

1 Belum adanya satuan anti-drone khusus

Saat ini, kemampuan anti-drone masih tersebar di berbagai satuan, terutama Arhanud. Tanpa unit khusus, respons dan analisis ancaman drone belum terfokus.

2 Kebutuhan integrasi sensor

Untuk menghadapi drone yang terbang rendah, dibutuhkan kombinasi sensor:

  • Radar low-altitude

  • Electro-optical/infrared (EO/IR)

  • RF direction finding

  • AI-based tracking

Integrasi sensor akan menjadi tulang punggung counter-UAS TNI.

3 Tantangan modernisasi alutsista lama

Masih ada sejumlah kanon dan sistem lama yang belum digantikan dengan platform SHORAD modern.

4 Drone modern semakin sulit dideteksi

Drone masa kini menggunakan:

  • RCS sangat kecil

  • Pola terbang rendah

  • Mode diam (passive flight)

  • Sistem navigasi jam-resistant

Hal ini menuntut teknologi anti-drone yang jauh lebih maju.

5 Kurangnya kemampuan perang elektronik (EW)

Jammer, spoofing, dan teknik EW lainnya adalah inti counter-UAS, namun keahlian ini masih perlu diperluas di tubuh TNI.


Prediksi 5–10 Tahun: Masa Depan SHORAD & Anti-Drone TNI

Berdasarkan tren global, kemampuan industri Indonesia, dan arah modernisasi TNI, berikut prediksi yang paling realistis untuk periode 2025–2035.

1 Lapisan Deteksi Canggih

TNI kemungkinan akan memperkuat sistem:

  • Radar short-range 3D

  • Sensor optik otomatis

  • Sensor RF pasif

  • Sistem deteksi berbasis AI

Radar low-altitude diperkirakan menjadi prioritas utama.

2 Multi-Effector SHORAD

Konsep multi-effector mencakup:

  • Rudal VSHORAD

  • Kanon 30–40 mm otomatis

  • Jammer anti-drone

  • Net-capture system

  • High-precision tracking sensor

Sistem ini akan mampu menghadapi berbagai jenis drone — dari FPV kecil hingga drone bersayap panjang.

3 Unit Khusus Anti-Drone

Prediksi realistis:

  • Dibentuk Batalyon/Satgas C-UAS di bawah Arhanud

  • Difokuskan pada perlindungan pangkalan udara & objek vital nasional

  • Personel dilatih perang elektronik, identifikasi drone, dan operasi SHORAD modern

Unit ini memudahkan koordinasi dan mempercepat respons.

4 Integrasi Alutsista Buatan Dalam Negeri

Industri pertahanan Indonesia akan memegang peran besar dalam dekade ini:

  • PT Pindad → RCWS modern, kendaraan anti-drone

  • PT LEN → radar & sensor

  • Startup drone lokal → jammer, sistem AI, UAV interceptor

Kemandirian alutsista sangat mungkin meningkat secara signifikan.

5 Teknologi Masa Depan: Laser & AI Counter-Swarm

Dalam 10 tahun ke depan, TNI berpotensi melakukan:

  • Uji coba laser low-power untuk menghancurkan drone kecil

  • Pengembangan AI untuk menghadapi swarm drone

  • Sistem otomatis yang memilih effector terbaik (kinetic/soft-kill)

Teknologi ini sejalan dengan tren global Amerika, Turki, Eropa, dan Asia.


Dampak Modernisasi SHORAD Terhadap Pertahanan Nasional

Dengan memperkuat SHORAD dan sistem anti-drone, Indonesia akan memiliki kemampuan untuk:

  1. Melindungi pangkalan udara dan kapal dari serangan drone.

  2. Mengamankan objek vital nasional seperti PLTN, bandara, pelabuhan, dan kilang.

  3. Meningkatkan daya tangkal (deterrence) di kawasan regional.

  4. Mencegah infiltrasi dan pengintaian drone oleh aktor non-negara.

  5. Memberikan perlindungan lebih besar terhadap pasukan darat.

SHORAD yang modern akan menjadi fondasi pertahanan udara Indonesia di masa depan.


Kesimpulan

Dalam beberapa tahun terakhir, TNI telah menunjukkan komitmen kuat untuk memperkuat kemampuan pertahanan udara jarak pendek dan sistem anti-drone. Dengan kombinasi:

  • Rudal VSHORAD modern

  • Platform kanon otomatis

  • Jammer anti-drone

  • Radar low-altitude

  • AI dan teknologi masa depan

  • Unit khusus anti-drone

  • Keterlibatan industri nasional

Indonesia tengah membangun lapisan pertahanan udara yang lebih adaptif, modern, dan siap menghadapi peperangan masa depan.

Dalam 5–10 tahun mendatang, SHORAD TNI berpotensi menjadi salah satu sistem pertahanan paling relevan dan strategis untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia di era drone.

Posting Komentar untuk "SHORAD & Anti-Drone TNI 2025–2035: Modernisasi Pertahanan Udara Indonesia"